Rabu, 13 Agustus 2008

DEPRESIASI DOLLAR DAN ANCAMAN RESESI DUNIA

DEPRESIASI DOLLAR DAN ANCAMAN RESESI DUNIA

Oleh : Dias Satria SE., M.App.Ec[1]

Ekonomi global seakan tidak pernah berhenti menghadapi ancaman dan tantangan baru. Sejak dihadapkan pada semakin menurunnya performa pasar-pasar keuangan dunia dan penurunan pertumbuhan ekonomi Amerika, ekonomi global saat ini dihadapkan pada ancaman depresiasi Dollar yang dapat mengakibatkan ancaman krisis dan resesi global.

Ada Apa Dengan Amerika ?

Amerika Serikat, sebagai negara yang terkuat ekonominya sedang mengalami defisit yang besar sejak tahun 1991. Pada 2006, defisit AS mencapai 6.2% dari total GDP (Gross Domestic Product). Defisit di AS populer dengan istilah Twin Deficit atau defisit ganda, yaitu defisit pada anggaran dan transaksi berjalan.

Dalam perspektif makro, keadaan defisit AS dapat dijelaskan dari rendahnya tingkat tabungan dan tingginya pengeluaran pemerintah AS dibandingkan pajak yang diterima. Keadaan defisit tentu menimbulkan perdebatan 2 pihak, pertama pihak yang menganggap defisit AS bukanlah permasalahan yang perlu ditakutkan, karena yang dilakukan AS saat ini adalah sustained the unsustainable. Hal ini bisa dilakukan AS karena posisi kekuatannya dalam perekonomian global dan digunakannya US dollar sebagai mata uang yang luas diterima dalam perdagangan internasional (US Dollar Standard). Kedua, pihak yang menganggap defisit AS dapat mengancam resesi AS, dan resesi dunia. Hal ini didasari pada alasan jika terjadi “sudden stop” atau investor dunia menarik modalnya di pasar keuangan AS secara tiba-tiba untuk membiayai defisit AS, maka yang akan terjadi adalah resesi ekonomi.

Siapa yang membiayai defisit AS ?

Jika ada defisit, tentu ada yang surplus. Pertanyaannya adalah, siapakah yang surplus, yang selama ini membiayai defisit AS dan mengapa itu dilakukan? Sejak tahun 2000, pembiayaan defisit di AS tidak lagi didominasi oleh Private Inflow atau investor bisnis, namun bergeser dibiayai oleh Official Inflow atau investor Pemerintah (Bank Sentral). Dalam konteks ini, bank-bank sentral dari negara surplus membiayai defisit AS melalui investasi obligasi T-bills di pasar keuangan AS. Negara-negara surplus tersebut antara lain, China dan negara-negara Asia serta negara-negara Timur tengah.

Berdasarkan gambaran diatas dapat diambil benang merah apa yang terjadi saat ini dalam perekonomian global. Bahwa defisit terjadi di AS dan surplus terjadi di dunia bagian lain (rest of the world). Surplus pada rest of the world yang berasal dari surplus perdagangan internasional, yang diinvestasikan dalam bentuk obligasi Dollar memiliki alasan khusus berkaitan dengan kebijakan nilai tukarnya. Diterimanya Dollar secara luas dalam perdagangan internasional, telah meningkatkan insentif bank-bank sentral tersebut untuk mengupayakan strategi stabilisasi nilai tukarnya terhadap Dollar dengan menginvestasikan cadangan devisanya dalam Pasar keuangan AS. Hal ini selain dilakukan dalam upaya menjaga performa daya saing ekspornya, juga dilakukan untuk mengakumulasi cadangan devisanya untuk memperkuat stabilitas nilai tukarnya dari tekanan spekulasi mata uang.

Depresiasi dollar dan resesi dunia

Namun permasalahannya saat ini adalah, Dollar AS sedang mengalami tren yang semakin menurun dalam kurun waktu lima tahun terakhir. (The Economist, Desember 2007)

Ada beberapa faktor fundamental yang menyebabkan terjadinya tren depresiasi Dollar AS, antara lain : 1)Tingginya defisit AS, 2)Keadaan siklis rendahnya pertumbuhan ekonomi AS dan tingginya pertumbuhan negara lain, 3)Lebarnya perbedaan suku bunga AS dan negara lain, khususnya setelah pemotongan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed). Tentu tren penurunan Dollar AS menimbulkan kekhawatiran dunia, apakah depresiasi Dollar AS ini sebagai bentuk ketidakpercayaan investor dunia pada kekuatan perekonomian AS? Jika ini yang terjadi maka krisis Dollar AS akan memicu terjadinya resesi ekonomi AS, dan Dunia tentunya.

Keselamatan ekonomi global saat ini bergantung pada kebijakan domestik AS dan negara-negara yang menginvestasikan cadangan devisanya di AS. Dalam konteks ini penyelematan ekonomi global sangat bergantung pada kebijakan domestik AS dalam mengurangi defisit yang terjadi. Di sisi lain, perilaku official investor yang secara tiba-tiba (sudden stop) menarik investasinya di pasar keuangan AS tentu akan menyebabkan resesi dan goncangan dalam ekonomi AS. Terjadinya resesi di AS pasti akan berdampak pada masyarakat dunia, yang menyebabkan terjadinya resesi di dunia. Hal ini disebabkan karena ekonomi AS memiliki kaitan yang kuat dengan perekonomian dunia.



[1] Dosen jurusan Ekonomika Pembangunan (Universitas Brawijaya), Ekonom INSEF (Institute of Strategic of Economic and Finance) Surabaya dan Peneliti PPKE (Pusat Penelitian dan Kebijakan Ekonomi).

Email : dias.satria@yahoo.com

Tidak ada komentar: